Judul : Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan
link : Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan
Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan
Mencegah Gaya Hidup Konsumtif Sedini Mungkin
Membelanjakan uang sendiri memang boleh saja semau gue. Mau beli ini dan itu tidak ada yang berhak untuk melarang kita. Akan tetapi karena kita tidak hanya hidup pada hari ini saja maka perlu kita menghemat untuk masa depan kita dan anak anak.
Menghemat dan menabung tidaklah semudah seperti mengatakannya. Karena ada banyak godaan untuk membelanjakan uang untuk sesuatu yang sesungguhnya tidak diperlukan. Atau minimal belum diperlukan saat ini, tapi demi gengsi atau demi menjaga prestise akhirnya jadi juga membeli.
Gaya Orang Tua Akan Jadi Contoh bagi Anak-anak
Menengok orang tua sering membuang makanan seenaknya maka dalam diri anak tertanam bahwa memang begitulah cara menjalani hidup. Atau orang tua sekali ke supermarket, memborong ini dan itu juga akan terekam dalam memori anak anak. Jangan lupa bahwa anak anak akan melupakan nasihat yang diberikan kepadanya dalam waktu singkat tapi akan tetap menyimpan ingatan tentang apa yang disaksikan dan dirasakannya dari perilaku orang tua.
Kalau Masih Bisa Dipakai Mengapa Harus Beli yang Baru?
Mungkin pada saat ini kita sedang mengalami masamasa "keemasan" atau "booming" uang masuk. Seperti kata orang rejeki itu bisa saja datang darimana saja. Dapat bonus dari perusahaan, dapat komisi dari jasa menjualkan motor teman dan dapat hadiah lagi karena memenangkan kompetisi.
Tapi jangan lupa bahwa masa keemasan itu tidak ada yang abadi. Belajarlah dari sejarah bagaimana Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan dan kemudian berakhir. Ini baru salah satu contoh saja, ada begitu banyak hal yang dapat dijadikan contoh pelajaran hidup bahwa masa keemasan tidak ada yang abadi. Suatu waktu akan meredup dan menghilang.
Cobalah sediakan waktu barang sejenak untuk menghitung berapa banyak uang yang sudah dihamburkan untuk membeli sesuatu yang tidak digunakan? Buka laci meja, di sana ada dua atau tiga unit ponsel yang masih layak pakai tapi tidak digunakan karena sudah dianggap "out of date" atau ketinggalan zaman. Buka lemari pakaian ada selusin pakaian yang mungkin dalam setahun jarang sekali dipakai. Di rak sepatu ada beberapa pasang sepatu yang menganggur. Ini baru pemborosan yang kita lakukan, belum lagi koleksi istri kita yang mungkin jauh lebih banyak dan lengkap ketimbang apa yang kita koleksi.
Menua Tanpa Persiapan Dana Sangat Menyedihkan
Mungkin sebagian besar dari kita merasa masih muda, kata menua itu seakan masih jauh lagi. Tapi jangan lupa bahwa waktu itu berjalan sangat cepat. Apa yang kita rasakan bagaikan kemarin, ternyata sudah belasan tahun. Ketika tahun lalu bertemu dengan murid murid saya di SD, saya kaget, ternyata mereka rata rata sudah berusia di atas 60 tahun dan rambut mereka sudah mulai memutih. Dalam bayangan saya serasa mereka masih berusia 12 -13 tahun, tapi waktu berlalu begitu cepat.
Jangan Salah Menerjemahkan "Rejeki Itu Sudah Ada Yang Mengatur"
Dalam konteks dengan keimanan tentu kita percaya dan yakin bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan hidup matinya kita. Tapi bukan berarti kita berboros boros dahulu dan bisa bersenang senang di kemudian hari. Kalau kita tidak menabung dan berhemat sejak kini apakah mungkin ketika menua tiba tiba kejatuhan duren runtuh?
Mungkin sudah pernah saya tuliskan tentang teman sekolah saya,yang meratapi nasibnya. Karena tidak punya simpanan apapun, sementara usia sudah lebih dari 70 tahun mengandalkan hidup pada anak. Bolak balik minta belanja kepada anak dan suatu waktu ketika datang lagi, disambut oleh cucunya yang berteriak "Mamaaa, tuh Opa datang lagi, pasti mau minta duit lagiii,"
Belum lagi kisah hidup dari tetangga saya di masa kecil yang bercerita untuk mendapatkan secangkir kopi di pagi hari, ia duduk duduk di kedai kopi, menunggu ada orang yang mau mentraktirnya. Karena tidak ada uang sama sekali sedangkan anak anaknya, hidup morat marit. Bayangkan bagaimana menjalani hidup seperti itu?
Hal ini diceritakan oleh teman saya dengan hati yang hancur. Tapi nasi sudah keburu hangus, tidak bisa diubah lagi. Sesal kemudian hanya membuahkan keperihan hati. Karena itu mulai hari ini, hentikanlah gaya hidup yang konsumtif. Kalau masih bisa digunakan, mengapa harus beli yang baru?!
Tjiptadinata Effendi
Demikianlah Artikel Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan
Sekianlah artikel Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Menua dalam Ketiadaan Sungguh Sangat Menyakitkan dengan alamat link https://dropshipwawa.blogspot.com/2017/09/menua-dalam-ketiadaan-sungguh-sangat.html